"Giseeeeellll"
Tiba-tiba pesan itu muncul di layar handphone gue.
"Wah, dari Jesslyn. Tumben" pikir gue.
Gue dan Jesslyn memang sudah saling mengenal sejak awal tahun 2015 ini. Tugas kuliah yang bertubi-tubi memaksa gue untuk kembali menjadi anak kos, yang akhirnya mempertemukan gue dengan cewek satu ini. Namun, meskipun sudah saling mengenal, kita sangat jarang ngobrol karena kesibukan masing-masing.
"Jam segini solo travelling di Bandung enaknya ke mana yah? Gue tiba-tiba bosen" lanjut Jesslyn.
Tak lama, pembicaraan pun berlanjut ke arah yang tak terduga. "Mau Jogja?" kata Jesslyn. Gue pun mengiyakan. Kebetulan kami merupakan dua orang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menghadapi pekan ujian. Oh iya, bagi mahasiswa tingkat akhir, proporsi libur pada umumnya lebih besar daripada proporsi ujian loh!
Singkat cerita, gue mulai mencari tiket murah menuju Jogja dan berakhir dengan tiket Bandung-Solo. Solo? Iya Solo. Soalnya harga tiketnya sama dengan tiket Bandung-Jogja, dan harga tiket Solo-Jogja tidak terlalu mahal. Berikut rincian tiket-tiket yang kita beli.
PS : Tiket Solo Jogja bisa lebih murah lagi kalau dibeli langsung di stasiun. Katanya sih gak akan lebih mahal dari Rp 15.000
harga yang tertera merupakan harga untuk dua orang |
Bandung - Solo : Lodaya Malam (berangkat 13/10 jam 18.55 dan tiba 14/10 jam 04.00)
Solo - Jogja : KLB Joglokerto (berangkat 14/10 jam 06.15 dan tiba 14/10 jam 07.15)
Jogja - Bandung : Mutiara Selatan (berangkat 15/10 jam 00.30 dan tiba 15/10 jam 09.59)
Beberapa saat setelah tiket terbeli, gue baru sadar kalau kita akan sampai di Solo pada pukul 4 subuh dan kereta Solo-Jogja kami akan berangkat pukul 6 pagi, di hari yang sama. HAH? JADI GUE DI SOLO CUMA 2 JAM GITU? SUBUH PULA.
Untungnya kereta kami akan singgah di Jogja sebelum sampai di kota Solo sehingga kami bisa turun di Jogja. Oh iya, sekedar info, kita boleh loh turun di stasiun mana saja yang letaknya sebelum kota tujuan kita. Selain itu, kita juga bisa melakukan refund (maksimum 30 menit sebelum jadwal keberangkatan) sebesar 75% dari harga tiket kalau kita tidak jadi berangkat. So that's what we did!
Beberapa jam sebelum keberangkatan, tiba-tiba Jesslyn kembali mengontak gue. Katanya "Gis, lo di mana? Egi mau ikut nih!"
Egi, atau Regina, adalah teman satu kos gue dan Jesslyn. Tapi walaupun sempat satu tempat kos, gue sangat jarang ngobrol dan ketemu sama Egi. Hmm menarik. Jadi selama sehari ke depan, gue akan menghabiskan waktu bersama dua orang cewek random ini hahaha.
Awalnya, gue tenang-tenang aja karena tiket kereta bisa dibeli secara online, atau dibeli di Indomaret. Namun, ternyata pembelian secara online dan melalui Indomaret hanya berlaku maksimal H-1 keberangkatan. Pembelian tiket yang kurang dari H-1 harus dibeli langsung di stasiun kereta. Beruntung, gue masih sempat pergi ke stasiun dan beli tiket di loket penjualan.
Waktu yang ditunggu pun tiba. Kami memasuki kereta kira-kira 15 menit sebelum waktu keberangkatan. Gue di gerbong 2, Jesslyn di gerbong 3, dan Egi di gerbong 4. Yah, namanya juga tiket sisa.
Setelah delapan jam berlalu, kami akhirnya sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta, yang letaknya sangat dekat dengan Malioboro. Tapi, jam 3 subuh di Malioboro... mau liat apaan? Pilihan kami hanya dua; KFC atau night club.
Tentunya KFC menjadi pilihan bagi cewek-cewek kelaparan ini. Pada awalnya, kami berencana untuk menunggu di KFC hingga pukul 6 pagi, saat bus Trans Jogja mulai beroperasi. Namun, setelah 8 jam perjalanan, kami mulai merasa tidak nyaman. Kami butuh mandi! Akhirnya kami pun memutuskan untuk berkeliling dan mencari losmen murah dengan satu tujuan : MANDI.
Setelah cukup lama berputar-putar, akhirnya kami menjatuhkan pilihan pada sebuah losmen sederhana dengan biaya 100.000 per hari. Namun, beberapa saat setelah melakukan pembayaran, kami baru sadar kalau tidak satupun dari kami yang membawa sabun, shampoo, serta handuk. Rencana mandi kami pun batal.
Matahari mulai bersinar, jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Kami pun bertolak menuju halte Malioboro 1 dan menaiki bus 2A menuju halte Condongcatur untuk sarapan. Kenapa Condongcatur? Karena ada sebuah foto pada akun instagram @ceritamakan yang menarik perhatian kami.
pagi hari di sekitar Jalan Sosrowijayan |
Trans Jogja segala jurusan memiliki tarif yang sama, Rp 3.600 |
Sayang sekali, Nasi Gandul Pak Bo yang kami idamkan ini sedang tidak berjualan pada pagi itu. Kami pun memutuskan untuk menyantap soto ayam untuk sarapan kami. Dikarenakan oleh rasa lapar yang sudah tak tertahankan, gue pun lupa untuk mengambil foto soto yang satu ini.
Menurut Google Maps, lokasi Condongcatur tidak terlalu jauh dari area Kaliurang; salah satu destinasi wisata yang populer di Yogyakarta. Setelah berkonsultasi dengan seorang teman yang tinggal di Jogja, kami memberanikan diri untuk menaiki bus Jogja-Kaliurang dengan tarif 20.000 rupiah. Tujuan utama kami adalah museum Ullen Sentalu; museum seni dan budaya Jawa.
Awalnya gue sempat ragu ketika mengetahui bahwa bus Kaliurang-Jogja cukup jarang beroperasi. Namun pengelola bus meyakinkan kami bahwa supir bus dapat mengantar kami langsung ke museum Ullen Sentalu, dan menunggu hingga kami selesai. Tentu saja kami senang.
Selama perjalanan, bus (atau angkot) yang kami tumpangi berjalan dengan sangat lambat dan beberapa kali berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Setelah beberapa lama, bus akhirnya sampai di pelataran parkir wisata Gunung Merapi. Eh tunggu! Menurut Google Maps, Museum Ullen Sentalu letaknya cukup jauh apabila ditempuh dengan berjalan kaki. Beruntung, bus yang mengangkut kami tadi masih belum terlalu jauh sehingga gue masih sempat memanggil bus tersebut. Selidik punya selidik, pak supir ternyata tidak mengetahui keberadaan museum Ullen Sentalu. Beliau pikir kami ingin mengunjungi museum Merapi. Waduh paaak.
Kami akhirnya diperbolehkan untuk kembali menaiki bus meskipun akhirnya harus berjalan kaki sejauh 1 km karena pak supir berkeberatan untuk mengantar kami hingga museum tersebut. Kami kecewa.
kami harus berjalan karena bus yang kami tumpangi tidak mau mengantarkan hingga museum Ullen Sentalu |
Untungnya rasa kecewa kami pudar ketika mulai memasuki area museum. Meskipun harga tiket masuk museum cukup mahal (Rp 30.000), namun pelayanan serta keramahan dari pihak museum tidak mengecewakan, apalagi ditambah dengan arsitektur museum yang unik. Sayangnya, kami tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar di sebagian besar area museum.
spot foto yang diperbolehkan (1) : sebelum memasuki museum |
spot foto yang diperbolehkan (2) : area kecil di kebun museum |
spot foto yang diperbolehkan (3) : gambar miring yang mengingatkan para pemuda agar lebih peduli akan sejarahnya |
spot foto yang diperbolehkan (4) : area di luar museum |
Sangat disayangkan, tidak ada satupun bus umum yang melintas di sekitar museum. Jangankan bus umum, ojek pun tidak ada yang beroperasi di daerah itu. Namun, hari itu merupakan hari keberuntungan kami. Secara spontan, gue memanggil seorang supir Jeep yang baru akan meninggalkan museum. Dengan ramah, beliau mengizinkan kami untuk ikut ke pelataran parkir Gunung Merapi. Gratis! Menurut beliau, sesekali masih ada bus Kaliurang-Jogja yang melintas di pelataran parkir tersebut. Setidaknya kami masih menyimpan harapan.
"Oh mau foto? Sebentar saya ke pinggir" |
"sini, saya fotoin aja mbak" |
Tarif normal untuk menjelajahi Merapi adalah Rp 500.000 - Rp 600.000 loh! |
Tak lama, kami pun sampai di pelataran parkir Gunung Merapi. Menurut orang-orang sekitar, biasanya bus Kaliurang-Jogja lewat sekitar 30 menit sekali. Namun, bus mulai jarang muncul setelah pukul 11. Oh, sayangnya saat itu jam hampir menunjukkan pukul 11.
Satu jam berlalu, tidak ada satupun kendaraan umum yang melintas. Tentu saja kami tidak dapat berdiam diri. Setelah mendapatkan sumbangan selembar kertas pembungkus makanan serta sebuah bolpen, kami mulai berusaha untuk mencari tumpangan.
"tipis banget kalau pake bolpen. pake eyeliner gue aja" kata Jesslyn |
yang lewat banyak, yang baca banyak, yang berhenti engga ada |
beneran ditulis pakai eyeliner! |
Setelah cukup lama berusaha, akhirnya kami memberanikan diri untuk mendatangi 4 orang pria asal Solo yang kebetulan sedang melakukan survey. Mungkin keberuntungan sedang berpihak pada kami. We finally got a ride!
Sebenarnya tujuan awal kami adalah Jalan Kaliurang km 9, yang sayangnya tidak sejalur dengan tujuan keempat pria ini. Setelah berkonsultasi dengan seorang rekan gue yang tinggal di Jogja, akhirnya gue sadar kalau tujuan keempat pria ini sangat jauh dari tujuan kami. Sebelum kami berjalan lebih jauh lagi, kami memutuskan untuk turun dan menunggu untuk dijemput oleh Venya, rekan gue.
kami turun di depan sawah, dan menunggu di sebuah warung bakso |
Tak lama setelah menghabiskan tiga gelas air jeruk seharga 2.000 rupiah/gelas, Venya pun tiba. Kami diantar menuju kediaman Venya untuk mengecas baterai handphone serta menjemput keluarga Venya untuk makan siang bersama.
Restoran Jejamuran menjadi tujuan kami selanjutnya. Seluruh makanan yang ditawarkan di restoran ini berbahan dasar jamur. Tidak seperti makanan olahan pada restoran vegetarian, jamur yang disuguhkan merupakan jamur utuh. Gue tidak sempat mengambil gambar makanan karena handphone gue masih dicharge. Maaf!
Venya beserta keluarganya; adik, ibu, serta bude |
Setelah puas bersantap, kami kemudian singgah ke sebuah toko batik, sebelum akhirnya kembali ke kediaman Venya. Lagi-lagi gue tidak dapat mengambil gambar karena handphone gue yang sedang dicharge. Maaf!
Meskipun perut kami telah terisi penuh, akun @ceritamakan lagi-lagi membawa kami ke sebuah tempat makan unik yang bernama Milk n Cheese. Seluruh makanan yang dijual di tempat ini dipadukan dengan susu atau keju, dan dijual dengan harga tidak lebih dari 20.000 rupiah. Menurut gue pribadi, tempat ini sangat dapat direkomendasikan. Wajib coba!
Milk n Cheese merupakan tempat terakhir yang kami kunjungi bersama Venya. Tapi tentu saja perjalanan kami belum berakhir. Kami belum sempat menjelajahi Jalan Malioboro. Oleh karena itu, kami kembali ke halte Condongcatur untuk kemudian menaiki bus 3A yang membawa kami kembali ke halte Malioboro 1.
Malam itu kami turut berkontribusi dalam memadati area Malioboro, ditemani oleh Rendy, cowok asal Bogor yang kuliah di UGM. Kami kemudian diajak untuk mencicipi nasi kucing serta kopi joss yang dijual di sebuah angkringan di seberang Stasiun Tugu. Kopi joss sendiri merupakan salah satu suguhan spesial khas Yogyakarta, berupa segelas kopi dengan arang membara yang dicelupkan ke dalamnya.
Setelah seharian berpetualang di kota Yogyakarta, kami akhirnya singgah di Indomaret untuk membeli sabun dan shampoo. Untuk kali ini, kami benar-benar bertekad untuk mandi walaupun harus menggunakan baju bekas sebagai handuk.
Rp 50.000 dapet 3 potong baju |
Gis, kenapa cuma sehari? Karena dua orang cewek cantik ini harus ujian keesokan harinya.
Salam!
Agen Situs Terpercaya
ReplyDeleteAgen Casino Terpercaya
https://bit.ly/30ZegxT
HOBI BOLA,KASINO, POKER !!!
Dengan Berbagai Promo Menarik lain, Penasaran?? AYO JOIN SEKARANG!!!!
https://bit.ly/30ZegxT
Yuk Gabung Bersama Kami Sekarang Dengan Berbagai Macam Bonus Menarik Seperti:
-Bonus new member 180%
-Bonus Happy Hour 25%
-Bonus 5% setiap hari
-Bonus New Member POker 20%
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
WA : 081358840484
BBM : 88CSNMANTAP
Facebook : 88CSN